“Organisasi yang hebat bukan dibangun dari struktur yang kuat, tetapi dari manusia yang merasa dihargai.”
Kalimat itu terasa begitu relevan ketika kita memasuki usia ke-48 BPJS Ketenagakerjaan, lembaga yang berdiri bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk melindungi pekerja Indonesia dari risiko hidup yang tak terduga. Perjalanan panjang ini hanya mungkin terjadi karena ada rekan-rekan karyawan yang setiap hari menggerakkan roda perlindungan sosial, melayani peserta dengan ketulusan, dan menjaga kepercayaan publik terhadap lembaga ini.
Tema HUT “Satukan Energi Sejahterakan Pekerja” sejatinya tidak hanya ditujukan kepada pekerja eksternal yang kita layani, tetapi juga kepada setiap insan yang bekerja di dalam organisasi ini. Kita adalah pekerja yang menjalankan misi perlindungan sosial, dan seperti pekerja lain, kita pun butuh perlindungan, dukungan, dan ruang untuk berkembang.
Talenta sebagai Fondasi Utama Organisasi
Dalam setiap transformasi besar, dari digitalisasi layanan hingga peningkatan tata kelola, karyawan adalah fondasi yang menentukan keberhasilan organisasi. Kita sering menyebut teknologi, prosedur, dan struktur sebagai pilar layanan publik modern. Namun sebenarnya, pilar yang lebih kuat adalah mereka yang menjalankan semua itu: para Talenta di cabang, di pusat, di daerah, di garda pelayanan, di ruang analitik, dan di seluruh lini.
Sebagai Ketua Serikat Pekerja, saya sering menerima cerita dari rekan-rekan di berbagai daerah: rekan yang bekerja hingga larut malam mengejar target, tim yang harus membagi tugas secara tidak seimbang karena kekurangan personil, teman-teman yang menginginkan arah karier yang lebih transparan, dan yang berharap organisasi semakin manusiawi dalam kebijakannya. Cerita-cerita ini bukan keluhan kosong, ini adalah cermin cinta mereka pada organisasi. Mereka ingin BPJS Ketenagakerjaan menjadi lembaga terbaik, bukan hanya bagi peserta, tetapi juga bagi mereka yang bekerja di dalamnya.
Tidak ada lembaga publik yang unggul tanpa talenta yang sejahtera. Tidak ada inovasi yang berkelanjutan tanpa talenta yang berkembang. Tidak ada pelayanan yang memuaskan tanpa talenta yang merasa dihargai.
Seperti kata Jim Collins dalam Good to Great: “Great vision without great people is irrelevant.” Kita boleh punya visi sebesar apa pun, tetapi tanpa talenta yang kuat, visi itu tidak akan pernah menjadi kenyataan.
Di Tengah Transformasi, Talenta Tidak Boleh Tertinggal
Kita berada di era transformasi organisasi yang sangat cepat. Target layanan meningkat, sistem digital menyatu, proses bisnis dipercepat, dan tuntutan publik semakin tinggi. Namun transformasi, sebesar apa pun, tidak boleh meninggalkan orang-orang yang menjalankannya.
Di lapangan, kita melihat beban kerja yang kian kompleks. Cabang-cabang besar menghadapi antrean peserta yang tinggi, pengelolaan manfaat membutuhkan ketelitian luar biasa, dan tim operasional bekerja dalam tekanan yang terus meningkat. Sementara itu, kebutuhan untuk peningkatan kapasitas tidak selalu berjalan seiring kebutuhan operasional.
Beberapa karyawan merasa pelatihan yang ada belum sepenuhnya menjawab kebutuhan harian pekerjaan. Yang lain berharap ada jalur karier yang lebih jelas, objektif, dan memberi ruang tumbuh yang nyata. Dalam transformasi besar seperti ini, karyawan ingin organisasi hadir, mendengar, dan memahami.
Kita harus jujur bahwa organisasi tidak bisa terus mengandalkan semangat karyawan tanpa memberi dukungan struktural yang cukup. Karyawan bukan mesin yang bisa terus berlari tanpa jeda. Mereka adalah manusia yang ingin berkembang, yang ingin dihargai, dan yang ingin bekerja dalam ekosistem yang sehat. Transformasi organisasi tidak boleh hanya menjadi transformasi system tapi harus menjadi transformasi manusia.
Komitmen yang Harus Dipenuhi
Memasuki usia ke-48, BPJS Ketenagakerjaan memiliki kesempatan besar untuk memperkuat komitmennya terhadap kesejahteraan karyawan. Komitmen itu tidak cukup diwujudkan melalui slogan atau pernyataan, tetapi harus hadir dalam kebijakan nyata yang menyentuh kebutuhan harian karyawan.
Komitmen itu berarti memastikan perencanaan karier yang lebih transparan sehingga tidak melangkah dalam ketidakpastian. Komitmen itu berarti menyediakan peningkatan kompetensi yang relevan dan merata, agar setiap karyawan dapat menghadapi tantangan pekerjaan dengan percaya diri. Komitmen itu juga berarti menata ulang beban kerja agar lebih proporsional, karena pelayanan yang baik tidak mungkin lahir dari rekan-rekan yang kelelahan.
Lebih dari itu, komitmen berarti membangun budaya kerja yang mendengar. Organisasi harus memberi ruang dialog yang tulus antara manajemen dan Serikat Pekerja, menghargai masukan karaywan, dan menjunjung rasa keadilan dalam setiap kebijakan. Kita tidak bisa berharap karyawan memberikan pelayanan terbaik bila mereka tidak merasakan kehadiran organisasi dalam perjalanan profesional mereka.
Seperti pernah dikatakan Maya Angelou: “People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.” Karyawan tidak hanya mengingat kebijakan organisasi, tetapi bagaimana organisasi membuat mereka merasa dihargai, dilibatkan, dan diperhatikan. Bila BPJS Ketenagakerjaan mampu memberikan itu, maka energi internal akan menyatu dan menghasilkan pelayanan publik terbaik.
Satukan Energi, Bangun Organisasi yang Lebih Manusiawi
Pada ulang tahun ke-48 ini, Serikat Pekerja BPJS Ketenagakerjaan mengajak kita semua untuk merefleksikan satu hal penting: keberhasilan lembaga ini terletak pada manusia yang menjalankannya. Talenta yang kuat akan menghasilkan lembaga yang kuat. Talenta yang sejahtera akan melahirkan pelayanan yang lebih manusiawi.
Jika kita mampu menyatukan energi, manajemen, Serikat Pekerja, karyawan, dan seluruh elemen organisasi, maka visi besar kita untuk mensejahterakan pekerja Indonesia akan semakin dekat.
Achmad Fatahuddin
Ketua Umum Serikat Pekerja BPJS Ketenagakerjaan (SP BPJSTK)